Welcome to idiot's blog

Assalamualaikum



mungkin ada yang aneh dari judul blog ini tapi saya hanya ingin mengingatkan bahwa kelebihan yang tersembunyi dibalik keidiotanlah yang sesungguhnya luar biasa akan tetapi sering di pandang sebelah mata.




Oleh-oleh dari mesir ni dari ustad ane dulu

27 Aug 2010

1 comments
Ramadhan ala Masry
by Ahda Zabil on Sunday, August 22, 2010 at 5:44pm

Ramadhan datang kembali, disambut penuh suka cita, keberkahan yang diturunkan oleh sang Khalik menyelimuti kalbu setiap insan baik yang muda, tua atapun yang masih kecil begitu ceria terpancar diwajah mereka. Ramdhan Kareem, begitulah masyarakat mesir menyebutnya, mereka begitu antusias dalam menyambut bulan seribu bulan, terlihat sejak akhir bulan sya’ban para pedagang banyak yang berjualan Fanous dalam berbagai ukuran baik besar sedang ataupun kecil tentu saja dengan harga yang bervariasi tergantung ukuran dan kualitasnya. Toko2 penjual makanan biasanya mendirikan tenda buatan semi permanen lengkap dengan penyekat khas ornament mesir dengan kain dasar merah, tentu saja makanan yang dijajakanpun khusus untuk menyambut ramadhan, seperti pemanis dan kurma yang bermacam-macam.




mesir hanya mempunyai luas hampir dua kali lipat pulau Kalimantan dan berpenduduk lebih 77 juta jiwa sebagian besar daratan adalah gurun pasir dan 90 persen dari masyarakat mesir adalah muslim yang begitu kuat dalam menjalankan prinsip2 agama, jika saling berjumpa maka tidak jarang mengucap salam sebagai tanda silaturrahmi, persaudaraan dan doa. Dapat dengan mudah kita jumpai di pasar, kantor, toko bahkan masuk kendara’an umumpun mereka mengucap salam, begitu erat rasanya persaudaraan sesama muslim. Dibulan Ramadhan yang penuh keberkahan menambah indahnya rasa persaudara’an tersebut, penduduk setempat begitu gembira menyambutnya, hal tersebut terlihat sejak akhir bulan sya’ban mereka menyiapkan Ajwa ramadhan yaitu, kertas yang digunting kecil-kecil dengan berbagai bentuk lalu ditempel pada seutas tali digantungkan diantara rumah-rumah penduduk yang terdiri dari apartemen. Dalam perkembanganya ajwa ramadhan mengalami perkembangan tidak hanya berbentuk kertas saja bahkan berbentuk hiasan bohlam lampu warna-warni ataupun berbentuk bintang, bulan yang terkadang diselipkan fanous diantaranya.



Malam – malam di bulan Ramadhan kurang lengkap rasanya tanpa fanous ramadhan, yaitu lampu yang dirumahkan, terbuat dari kaca tipis berwarna-warni didalamnya terdapat lilin sebagai penerang sehingga pantulan warna-warni kaca begitu elok dipandang tentu saja terdapat berbagai bentuk motif serta ukuran. Fanous adi merupakan yang terkecil tak lebih dari 10 cm berbentuk segi empat disertai satu pintu kecil untuk menaruh lilin didialamnya sedangkan yang paling besar disebut kabir bi aulad , ada juga yang lebih kecil disebut muqornis atau mubazbaz bebentuk bintang dan limas, sekarang peran lilin diganti dengan lampu.



Penduduk mesir mengenal fanous pertama kali tanggal 5 Ramadhan 358 Hijriyah, pada tanggal tersebut Al-Muiz li Dinillah dari dinasti Fatimiyah memasuki kota kairo dimalam hari disambut oleh para penduduk setempat dengan fanous-fanous dan teriakan selamat datang. Di era dinasti Fatimiyah inilah fanous berubah fungsi dari penerang jalan untuk bepergian menjadi hiasan dan mainan anak-anak kecil yang berkeliling di jalan-jalan dan di gang-gang bernyanyi riang gembira sambil meminta halawah (kue manis atau manisan) yang dibuat oleh dinasti Fatimiah. Fanous juga menyertai para mussaharati yang bertugas membangunkan kaum muslimin untuk menyantap hidangan sahur.



Sahur – sahur begitu teriakan untuk membangunkan sahur ditanah air berbeda halnya dimesir petugas yang membangunkan sahur disebut mussaharati, mereka biasanya membawa drum satu sisi yang disebut al-bazah mirip dengan gendang, bedanya jika gendang terdapat dua buah maka al-bazah hanya satu saja bentuknya lebih panjang, terbuat dari tembaga berbentuk silinder dengan satu sisi ditutupi oleh kulit. Al-bazah juga memiliki nama lain yaitu Thablatul musabbir (drum untuk membangunkan sahur) yang paling besar disebut thoblah gamal. Para mussaharati tidak berteriak sembarangan membangunkan mereka melainkan membacakan sajak yang panjang, cerita isra’miraj, mukjizat ataupun cerita rakyat meskipun cerita keagama’an mendomnasi yang disertai shalawat dan istigfar ditemani tiupan terompet menambah keramaian saat sahur tiba. Setengah jam sebelum subuh tiba dari arah benteng kairo di gunung muqottom terdengar suara letusan meriam sebagai peringatan untuk memepercepat makan sahur karena subuh segera tiba, akan tetapi seiring perkembangan zaman meriam tersebut tidak terdengar lagi dan para mussaharati tidak lagi berdendang dan bernyanyi ria, hanya terdengar suara pukulan-pukulan gendang



Membaca Al-quran merupakan tradisi yang sangat melekat pada masyarakat mesir, jika kita sering mendengarkan lagu-lagu anak muda di mall-mall di Indonesia beda halnya di kairo, jarang kita dengarkan lagu-lagu masry yang lebih sering terdengar adalah lantunan ayat suci Al-quran. Terlebih lagi dibulan suci ramadhan, tidak jarang dapat ditemui di bis kota, angkot, subway, kawasan pertokoan, kantor ditempat-tempat umum dengan khusu’ mereka membaca Al-qur’an. Biasanya mereka membaca dengan suara yang lirih agar tidak menggangu orang disekitarnya akan tetapi ada juga yang sedikit mengeraskan suaranya jika memiliki baca’an yang enak didengar dengan suara yang merdu, para penumpang disekitarnya tidak keberatan akan hal tersebut. Dimasjid – masjid banyak kita temui yang membaca Al-qur’an dan yang ber’itikaf, pada bulan ramadhan banyak masjid dibuka 24 jam bertujuan menyediakan tempat yang ber’itikaf bahkan disediakan bilik khusus ditutupi kain panjang sebagai pembatas, jumlah merekapun meningkat pada akhir 10 hari ramadhan bertujan untuk mendapatkan malam lailatulqodar yang pahalanya melebihi seribu bulan



puasa di mesir biasanya bertepatan dengan musim panas ditambah durasi waktu yang lebih panjang disiang hari daripada malam menyebabkan dahaga yang luar biasa sehingga menambah kenikmatan ketika buka puasa tiba. Hidangan dibulan ramadhan memiliki ciri khas sendiri, diantaranya qunafah dan qathayif .Qunafah adalah halawah yang terbuat dari gandum, gula, madu, kismis dan berbagai jenis kacang, beda halnya dengan qathaif meskipun hampir sama dengan qunafah yang dipotong persegi empat akan tetapi qathaif tanpa kismis dan kacang serta berbentuk bundar, semakin lezat jika dihidangkan dengan susu coklat. Seminggu sebelum ramadhan para pedagang menyiapkan peralatan masak di depan toko mereka, pembuatannya pun bisa disaksikan secara langsung, jadi jika berkunjung ke mesir pada bulan ramadhan bisa menyaksikan demonstrasi masak setahun sekali. Untuk minuman, disore hari banyak ditemukan pedagang musiman yang menjual tamer hindy dan subiyah. Dua minuman ini sungguh berbeda rasanya tetapi bisa dicampur menjadi satu tentu saja menimbulkan rasa yang unik. Tamer hindy terbuat dari asam jawa yang dimaniskan jika diminum rasanya segar bercampur asam manis sangat cocok untuk penghilang dahaga dimusim panas yang terik, berbeda dengan subiyah minuman seputih susu terasa manis sekali akan tetapi bukan susu tentunya, jika dicampur keduanya didalam satu gelas tak terbayangkan rasanya. Satu lagi makanan yang banyak dijual dadakan yaitu tursy meskipun sebenarnya banyak dijumpai dihari-hari biasa entah mengapa dibulan ramadhan banyak dijumpai dimana-mana. Tursy adalah asinan yang diasamkan dengan cuka direndam berhari-hari biasanya terdiri dari timun, wortel, zaitun, cabe dan bawang, dimakan bersama dengan makanan utama jadi tursy hanya berfungsi sebagai selingan saja.



Maidatu Ar-rahman secara harfiah bermakna hidangan Sang Khalik dinamakan demikian barang kali jamuan ini dihidangkan untuk hamba Allah yang ingin berbuka puasa. Hidangan semacam ini banyak kita temukan dimasjid-masjid, di tepi jalan lengkap dengan kursi, meja serta tempat makanan yang telah disediakan, bahkan tidak jarang banyak tenda bermunculan dibalut dengan kain merah khas ornament masry. Untuk kain merah sendiri tidak sembarangan digunakan, hanya hari-hari besar dan jika punya hajatan kain ini digunakan, seperti maulud nabi, hari raya ataupun jika ada hajatan pengantin. Para dermawan berlomba-lomba dalam kebaikan dibulan suci lebih banyak dibanding dengan hari-hari biasa, biasanya menyediakan maidatu ar-rahman dan ataupun membagikan zakat kepada mereka yang berhak termasuk juga tullabul wafidin (mahasiswa asing



Bagi mahasiswa Indonesia bulan ramadhan merupakan berkah tersendiri, bagaimana tidak untuk berbuka puasa jika dapur tidak ada makanan atapun jika malas memasak tidak perlu takut akan perut kosong, tinggal pergi kemasjid atau ke tempat maidah ar-rahman buka puasa terasa kenyang bahkan beberapa diantaranya sengaja berkeliling masjid tiap harinya untuk safari ramadhan sehingga tentu saja hafal tempat menu-menu untuk berbuka yang enak. Biasanya ta’jil dibuka dengan beberapa biji qurma dengan air masry atau air mineral tanpa dimasak terlebih dahulu, kebanyakan orang mesir tidak suka air masak mereka menyebutnya dengan air nil karena memang sumber air di mesir hanya dari sungai nil. Setelah azan magrib berkumandang barulah menu utama dihidangkan biasanya terdiri dari ish’ ( roti gandum berbentuk bulat tipis), daging rebus atau ayam pangang/goreng, sayur kacang lengkap dengan tursy, untuk pencuci mulut disediakan manisan atau buah-buahan. Para penyedia buka puasa biasanya memanggil para pejalan kaki yang kebetulan lewat ataupun yang sengaja datang untuk berbuka bersama. Ta’ala-ta’ala (kemarilah) mereka memanggil bahkan tidak jarang berebut pengunjung diantara mereka, jika menolak maka terpancar kekecewaan dari wajah para muhsinin seperti yang penulis alami ketika menolak ajakan berbuka di masjid Al-azhar oleh salah satu jama’ah, “ maaf syeikh, iqomah sholat telah berkumandang waktunya sholat magrib dahulu” begitu kutolak ajakannya. Begitu santun ajakan mereka tidak membedakan yang muda ataupun tua maupun anak kecil bergabung bersama bahkan beberapa terlihat turis asing ikut merasakan nikmatnya makanan yang tersedia meskipun bukan muslim.



Malam ramadhan kurang lengkap jika tanpa shalat tarawih, shalat tarawih di mesir agak sedikit berbeda dengan ditanah air, meskipun jumlah bilanganya bervariasi disetiap masjid ada yang 11 raka’at ada pula yang 23 raka’at. Jika di Indonesia setiap raka’at dilakukan dengan cepat, dimesir dilakukan dengan cara yang khidmat penuh kekhusu’an. Diantara masjid ada yang menghabiskan 1/2 juz ada pula yang 1 juz setiap malam sehingga di akhir ramadhan lengkap 30 juz telah dikhatamkan oleh imam masjid. Ada pula masjid yang melaksanakan shalat tarawih ala Indonesia seperti di masjid Nurul Khitob dan Robiah Al-Adawiyah, karena baca’an ditiap raka’at yang relatif lama maka kultum dilaksanakan setiap empat raka’at yang melaksanakan 11 raka’at dan disetiap 10 raka’at jika melaksanakan 23 raka’at. Para imam masjid di Mesir telah teruji baca’an qiro’ahnya bahkan mereka telah menghafal Al-qur’an sehingga jarang sekali terdengar baca’an surat-surat pendek juz amma. Jika kebetulan ramadhan di negeri para nabi, kurang afdhol rasanya jika belum melaksanakan tarawih di masjid Al-azhar yang bersebelahan dengan universitas pertama didunia yaitu Al-Azhar. Begitu merdu suara para imam menambah kekhusu’an disetiap rakaat sehingga 23 rakaa’at tidak terasa capeknya, bacaan para imam tidak seperti baca’an yang kita dengar seperti biasa karena baca’an tersebut mencakup qiro’ah ashro mutawwatiroh (10 jenis baca’an Al-qur’an yang benar), jika orang awwam yang tidak tahu maka dikiranya para imam tidak pecus dalam membaca Al-qur’an atau bahkan cenderung menyalahkan padahal mereka bertahun-tahun belajar Al qur’an semenjak dini, untuk belajar satu qiro’ah saja dibutuhkan waktu bertahun-tahun apalagi menguasai 10 qiro’ah sungguh luar biasa tekunnya para imam tersebut .

About Me

My photo
madiun, jawa timur, Indonesia
I am studied Islamic Law in Islamic state Univercity of Malang. Syariah alwais in my live

Followers

forum silaturahim


ShoutMix chat widget

Guest Fans